Cerpen "Mimpi dimalam itu ..." oleh Jason

Di kala itu dia tersenyum ke arahku. Keberadaan rembulan yang selalu menemaniku kini digantikan oleh dirinya. Ukiran tangannya ke atas langit diantara gemerlap bintang membuat tanganku menyusul menggenggam jari jemarinya. Ekor matanya seakan terlihat lebih indah daripada bintang berekor. Bayangan kami telah bersatu di permukaan tanah.

Detik-detik dia membuka mulut mendebarkan hati merah jambu ini. Ungkapan dari mulutnya membuat wajahku seakan mendidih. Lagi-lagi dia berjanji, aku tidak dapat berhenti menurunkan garis senyumku…

 Bodohnya diriku terbuai akan dirinya. Dia tidak lagi mengabari akan keberadaannya. Tangisan langit terus menerus menghantam keras rumah yang ditempati oleh gadis kesepian ini. Betapa malangnya diriku berharap dan harus percaya dengan janji laki-laki itu. Hati yang dulunya terukir dengan pewarna yang indah kini mulai luntur.
Suara bell berbunyi membuatku terpikir akan mungkin sosok laki-laki itu datang. Dengan bergegas ku membuka lemari pakaian. Mengambil pakaian yang selalu dapat memikat matanya. Langkahan kaki melompati anak tangga membuat pijakkan ku goyah. Tubuh pun terhantam keras pada meja. Pot bunga yang tadinya terletak tidak sejajar dengan bingkai foto itu pun terpelanting. Butiran kaca telah tersebar ke seluruh permukaan lantai. Meskipun begitu berpikir akan sosok yang memencet tombol membuat kaki tidak berhenti melangkah. Pintu terbuka, pria yang kunantikan menatap ku. Tangannya menggenggam secarik kertas yang menuliskan namanya dengan seseorang yang tidak kukenal. Dia menyerahkan kepadaku sambil berkata.
“Jangan lupa datang ya”.

Kala itu melihat dirinya menggandeng seorang wanita dengan erat membuat mataku terasa risi. Dia langsung pergi seakan membawa seorang gadis yang bagaikan putri di sampingnya. Rasa cemburu akan indahnya kehidupan gadis itu telah menghantuiku selama ini. Lagi-lagi air mata membanjiri seluruh permukaan wajah. Pikiranku terus berpikir betapa spesialnya gadis itu sehingga dapat membuat lelaki yang telah mengukir janji dengan bintang dan rembulan sebagai saksi mulai mengikar ukiran janji buatannya.

Meskipun kedua telapak kaki telah dilumuri oleh pekatnya darah. Butiran-butiran bening yang menjadi alasan keluarnya darah tidak membuat diriku berteriak kesakitan. Berpikir akan kehadiran gadis itu membuatku sangat gelisah dan lagi-lagi cemburu…

“Mengapa bukan diriku yang mengenakan gaun putih yang dihiasi oleh butiran mutiara di atasnya”, ucapku dalam hati…

Pandangan mulai merasakan kabur, mata terasa meredup. Akhirnya mimpi buruk ini akan berakhir.

Oleh Jason SMA Pelita Utama